Jumat, 20 Juli 2012


Part I ->> KEMBALI SAAT TERAKHIR

Aku memilah-milah buku mencari apa yang aku cari. lalu berpindah dari satu rak ke rak yang lain. Nah! ini diaa! saat tanganku hendak mengambil buku yang aku cari "Cara Melupakan Seseorang" sebuah tangan menghalangiku untuk mengambil buku incaranku itu. aku mendengus kesal-sekali. namun, ketika aku menatap wajah itu, aku mengenalnya-dulu. seketika itu bayang masalalu kembali terulang sangat jelas sekali.
  Ketika ia dulu menjadi seseorang yang paling penting dalam hidupku. Menghiasi hariku dengan sesuatu yang tak bisa aku dapat dari oranglain. Ketika ia dulu mengucapkan rangkaian kata yang tersusun rapi menjelma menjadi sebuah kalimat yang seakan-akan menyakinkanku sepenuhnya. Bahkan, ketika aku mulai yakin sepenuhnya akan sebuah kalimat yang terucap dari mulutnya, semua berubah menjadi abu-abu. Semua hanya dimulut. Semua hanya sementara, bukan selamanya. Mungkin semuanya juga sandiwara. Dia meninggalkanku dengan seenaknya! Dengan alasan dia sudah tak menyayangiku. Lalu apakah arti dari semua kalimat yang dulu keluar dari mulutnya? Lalu apakah arti janji yang ia buat sendiri?
    Awal yang manis namun begitu tragis akhirnya. Kisah cinta yang dulu aku banggakan, yang dulu aku dampakan berubah menjadi pahit sekali. Walau satu tahun sudah berlalu tetap saja bayang itu masih tersisa dalam sebuah kotak kecil dijiwaku. Satu lagi, walaupun ia telah menyakitiku, menghianatiku dan sebagainya. Satu hal yang takkan berubah, aku menyayanginya...
"Hey, masih ingat aku?", sapanya dengan wajah tak berdosa.
Seketika itu putaran kaset masalalu dalam otakku berhenti. "Eh apa ya?", jawabku memasang tampang inconnect.
     "Masih inget aku??", ulangnya.
     Gimana bisa aku lupa sama kamu?, grutuku dalam hati.
     "Masih. Rizky, kan?", jawabku sambil tersenyum paksa.
   Tangan kanannya mengulurkan buku incaranku tadi dan berkata "Buat kamu aja. Nanti aku cari yang dotoko buku yang lain."
     Aku menatapnya dengan alis terangkat, sedikit heran. Kenapa dia mengalah? Lalu, aku menerimanya tersenyum, yang lagi-lagi aku paksakan.
      "Sendirian?", tanyanya terlihat mencari seseorang.
      "Iya. Kamu sendiri?"
     Belum sempat ia menjawab pertanyaanku. Seorang gadis berambut panjang terurai, tinggi, berkulit putih dan senyum yang manis menghampiri Rizky. Gadis itu merangkul tangan Rizky mengajaknya untuk segera pergi dari toko buku ini. Namun, Rizky masih diam dan malah menatapku dengan sorot mata yang aneh. Aku hanya bertanya-tanya dalam hati, apakah arti dari tatapan itu?
   "Ayolah... mami papi udah nungguin kita buat makan siang.", rengek gadis manja itu didepanku.
 Melihat itu mendadak seluruh tubuhku panas. Yaa, aku masih cemburu melihat Rizky dengan gadis lain dan artinya aku belum bisa melupakan Rizky sepenuhnya.
 "Kamu tunggu dimobil dulu nanti aku nyusul.", jawab Rizky yang sedari tadi bersikap biasa aja sama gadis manja itu.
      "Siapa itu? Pacar kamu?", tanyaku penasaran.
     Rizky menatapku penuh dengan arti. Tiba-tiba saja ia menyeretku untuk duduk dikursi yang telah disediakan toko buku ini.
      "Bukan. Dia bukan pacarku.", jawabnya.
   Sedikit perasaan lega muncul dalam hatiku. "Lalu?", tanyaku dengan muka penasaran. Mendengar pertanyaan itu dia hanya tersenyum tipis kepadaku dan bangkit dari duduknya, meninggalkanku dalam rasa penasaran.
--------------------------------------------------------------------
   Percakapan antara aku dengan Rizky kemarin masih teringat jelas dan menambah rasa penasaranku dengan gadis itu. Siapa gadis itu? Apa benar gadis itu bukan pacar Rizky? Lalu siapa dia? Ribuan pertanyaan tersebit dalam otakku. Aku mencoba menerka-nerka jawaban yang pas untuk pertanyaanku.
Hari ini aku pergi lagi ke toko buku yang sama. Mencari buku yang bisa memotivasi aku dalam menjalani hidup ini. Ya, aku memang suka pergi ke toko buku dibanding gadis-gadis lainnya yang lebih suka menghabiskan waktu untuk shopping dan pergi kesalon. Baru saja aku menginjakan kaki dilantai toko buku itu, mataku tertuju pada sosok gadis yang tinggi. Aku mengamatinya beberapa menit, dan aku rasa aku pernah melihat gadisitu sebelumnya.
Oh tidak! Gadis itu yang kemarin bersama Rizky! Hey,lalu siapa seorang pria yang ada disamping gadis itu? kenapa mereka begitu mesra? Dengan cepat otakku merespon apa yang telah terjadi. Benar saja gadis itu terlihat mesra, mungkin mereka berpacaran.  Ah entahlah, itu juga bukan urusanku.
Aku kembali dalam tujuan awalku kemari, mencari buku motivasi hidup. Ini dia ketemu! Aku segera membayar buku ini kekasir dengan cepat. Aku tak ingin gadis itu mengetahui jika aku ada ditoko buku ini. Ketika aku membuka pintu mobil, handphoneku bergetar. Aku menatap layar handphoneku dan ragu akan menjawab terlfon.
Rizkyku calling.
Haha, ternyata nama kontak Rizky belum aku ganti juga. Ragu-ragu aku angkat telfon ini.
“Hallo. Ada apa?”, tanyaku to the point.
“Bisakah kau menemui sekarang?”, tanya Rizky dengan nada sangat berharap aku bisa menemuinya.
Sejenak aku berfikir dan menjawab. “Baiklah, aku bisa. Dimana?”
“Cafetaria. Aku tunggu.”
“Oke, on the way. Bye.”
“Bye.”
--------------------------------------------------------------------

Setibanya dicafetaria, aku melongokkan kepala ke kanan dan kiri. Terlihat sebuah tangan melambai ke arahku dan aku segera menghampirinya.
“Hey.”, sapa Rizky tersenyum.
“Hey.”, sapaku balik tanpa tersenyum.
Entah kenapa, meskipun aku dan Rizky sudah tidak ada hubungan. Jantungku masih terus berdetak, gugup, berkeringat, nervous, dan salting. Mungkin, ini efek dari rasa sayangku yang berlebihan.
“Mau pesan apa Ren? Biar aku tulisin sekalian.”, tanyanya yang kembali mengingatkanku tentang betapa perhatiannya dia, dulu….
“Jus Alpukat aja.”, jawabku datar.
“Rena, ada yang ingin aku bicarakan padamu masalah kemarin. Tentang gadis yang bertemu dengamu ditoko buku.”, jelasnya mendadak.
“Oh. Ada apa?”, tanyaku yang masih cuek. Padahal dalam hati aku sangat ingin mengetahui hal ini.
Belum sempat menjawab, pesanan kamipun datang. Aku menyeruput jus alpukatku.
“Gadis itu memang bukan pacarku. Tapi dia tunanganku.”
Mendengar penjelasan itu, seketika jus alpukat yang berada dalam mulutku tanpa sengaja tersembur keluar.
Apa? Tunangannya? Jelas-jelas gadis itu tadi bergandengan tangan dengan pria lain!! Mereka juga mesra!!! Ini enggak mungkin!!!, teriakku dalam hati.
“Kamu enggak apa-apakan Rena?”, tanyanya sambil mengambilkanku tisu.
Buru-buru aku memasang tampang cuek dan menjawab. “Oh, enggak. Kapan?”
“Satu minggu lagi.”, jelasnya tersenyum bahagia.
“Oh, Selamat. Tapi, ada hal yang perlu kamu ketahui sekarang juga.”
“Apakah itu?”
“Maaf sebelumnya. Beberapa menit yang lalu, aku melihat calon tunanganmu bermesraan dengan pria lain. Dan mereka seperti orang berpacaran.”,
“Hahaha, aku tahu Rena. Kamu pasti sangat sedih mendengar berita ini bukan? Makanya kamu mengarang cerita itu agar aku membatalkan pertunangan kami. Apa kamu tidak senang jika aku lebih bahagia dengan dia?”
Mendengar rentetan kalimat itu, secara spontan hatiku terasa menghilang dari tubuhku. Begitu dangkalnya pikiran Rizky kepadaku. Airmataku mulai menetes perlahan. Dadaku terasa sesak dan sakit. Andai Rizky tahu isi hatiku yang sebenarnya. Memang aku sangat sedih dan kecewa mendengar kabar itu. Tapi, aku sangat bersyukur jika dia memang lebih bahagia bersama gadis itu daripada aku.
Aku menghela nafas panjang. “Jaga mulut kamu Rizky! Aku bicara apa adanya!! Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri kejadian itu! Gadis itu selingkuh!! Kalau aku tidak senang dengan kabar ini, aku akan melakukan hal yang lebih sadis dan kejam daripada ini!! Mungkin aku akan mencelakai kalian atau bahkan membunuh kalian!”, jelasku dengan nada tinggi.
Byurrr….
Rizky menyiram rambutku dengan minumannya.
“Sekali lagi kamu bicara yang tidak ada buktinya. Akan aku sobek mulutmu itu!! Aku tidak butuh airmata palsumu!! PERGI DARI SINI ATAU AKU YANG MENYERETMU?!”, ucap Rizky dengan garang.
“Baiklah, aku akan pergi dari sini jika itu maumu. Aku doakan semoga kalian langgeng. Dan satu lagi, aku memang masih menyayangimu seperti dulu meskipun kamu telah melukai aku.”, aku keluar dari cafeteria dengan tubuh basah kuyup dan airmata yang berlinang.

NB : Lanjutannya diPART II nya guys :)

Kamis, 05 Juli 2012

MA!LAM ?


Langiit malam begitu sempurna, berkawan bulan dan bintang. Langit malam begitu indah ketika mata ini menikmati keagungannya.
Bintang begitu terang memancar kelip sinarnya hingga sudut terkecil. Keinginan jiwa ini ingin menggapai satu bintang untuk ku miliki dan ku simpan erat.
Bulan memaparkan kedahsyatannya melalui elok paras dan sinar nan sempurna. Hingga mampu hiptonis milliaran pasang mata yang menatap kagum.
Malam adalah waktu yang slalu ku tunggu. Ketahuilah, malam adalah hari akhir sebuah hari. Namun, malam menjadi awal kehidupan dihari esok.
Suasana malam terkadang memberi aura dan energi tersendiri. Suasana malam terkadang mampu membawa alam bawah sadar seseorang kedalam khayalan ataupun masalalu.
Langit malam memiliki cara tersendiri untuk kehadirannya. Ketika sang fajar menenggelamkan diri, itulah saat yang ditunggu. Keagungan langit sangatlah wonderfull dengan semburan warna orange menggelar angkasa. Dan saat semburan orange pudar, langit malam mempertontonkan keagungan yang tak kalah menariknya dengan bertabur kawan malam, bulan dan bintang.
Namun, tak selamanya langit malam bersahabat. Ketika bulan dan bintang muram, ketahuilah saat seperti inilah yang menyebalkan. Langit malam yang awalnya berkawan dengan dewa dewi berubah berkawan dengan monster yang siap menerkam mangsa, petir.
Petir adalah salah satu penghuni langit yang aku benci. Petir adalah sesuatu yang mengerikan. Kala petir meneriakkan suara menggelegarnya, itulah hal yang paling menakutkan. Seakan ia merasa tak bersalah jika ada seseorang yang terluka karna ulah iblisnya.
Aku benci jika malam yang seharusnya indah, kedatangan tamu seperti petir yang menyambar-nyambar seenaknya tanpa peduli.
Tetapi, pada intinya langit malam adalah saat-saat yang aku suka dan aku tunggu dibanding langit-langit lainnya. Karena, disaat langit malam bersahat dengan kawan malam yang bersinar. Saat itulah aku merasakan ketenangan dalam diriku. Menatap langit malam yang bertabur bulan dan bintang. Bagai menatap berlian dalam genggaman. Terang sekali... dan terang itulah yang membuatku tenang karena kelipnya bisa menemani tiap aku sendiri-kesepian.....


karya : dwi fatmawati