Minggu, 04 Agustus 2013

Harap didalam angan-(menunggu)

Rembulan tetaplah menjadi rembulan, tak mungkin tuk menjadi kawan ketika gelitik kesunyian mulai menyergap. Bahkan bintang yang memiliki benderang paling terang, tak mampu menerangi sisa perjalanan ini. Dari ruang yang tak memiliki batas hingga ruang yang memiliki sekat-sekat pembatas. Ayunan langkah ini terus berjalan entah kemana, semuanya tak menentu. Langkah ini tak punyai tujuan pasti. Langkah ini gontai, berjalan apa adanya mengikuti arah angin yang berhembus. Langit tetaplah menjadi langit, tak mungkin tuk kujadikan sebuah pelindung dalam ruang gigil.

Rembulan. Bintang. Langit. Tak mampu menjelma menjadi 'kau'.
Kau yang kulamunkan dalam kesunyian yang terus mengitari ketika senja mulai berganti hitam.
Kau yang kutempuh dalam perjalanan yang takkan pernah usai karena tak pernah sekalipun bertegursapa.
Kau yang kutunggu dalam sebuah ruang yang tak pernah kau singgahi ketika langkah kakimu mulai berderap.

Tuhan....
Mengapa ini harus kembali terjadi kepadaku? Aku......aku.....tak tahu harus berbuat apa. Untuk berharap aku-pun tak mampu. Tak mampu jika harap itu mengaburkan angan indahku. Atau mungkin memang benar, anganku akan mengabur bersama desir angin yang terus meneerus menerpaku. Mengaburkan sebuah angan tuk saling memiliki. -Ah.

Malam tetaplah menjadi malam, tak mungkin tuk menjadi pengganti harapku. Ilalang yang menggoyangkan mahkota hijaunya pun takkan mampu menggantikan hampaku menjadi sebuah kehamparan kebahagiaan. Atau mungkin itu semua hanya sebatas harapan didalam angan. Entahlah. Biarkan denting jarum yang terus berputar yang akan menjawabnya.